Monday 23 September 2013

DILEMA SEMUT KROTO JADI SEMUT NGUNGSI


Bibit semut kroto alias semut rang-rang menjadi primadona disepanjang tahun 2012-2013, baik itu bibit dari peternak maupun bibit dari alam. Karena begitu besarnya rasa penasaran masyarakat yang ingin beternak semut rang-rang yang konon hasilnya sangat menggiurkan.

Bibit semut toples sangat berkaitan dengan bibit dari alam, jarang peternak yang bisa menjadi peternak semut mandiri alias tidak tergantung alam dengan berinovasi sendiri.

Peternak bibit yang khusus untuk penjualan bibit biasanya masih sangat – sangat tergantung dengan alam. Mereka tidak mau ambil pusing dengan populasi semut rang-rang alam yang terus berkurang secara signifkan akibat perburuan liar seiring maraknya peternakan semut rumahan.

Ini terbukti sebagaimana Survey saya disuatu daerah tepatnya Jogjakarta bagian barat, yang mungkin tidak perlu saya sebutkan dengan menjaga privasi nama daerah tersebut agar semut alam tidak diburu orang dari luar daerah, walaupun orang pribumi melakukan perburuan setiap dua hari sekali untuk memenuhi permintaan bibit dari luarkota. Ironis memang…

Dalam survey,,,saya sempat kaget dan hampir tidak percaya, karena warga pribumi didaerah tersebut mencari sarang semut dialam sangatlah cepat. Untuk memenuhi karung ukurang 60Kg dengan sarang semut alam, hanya memakan waktu 1 (satu) hari saja dengan isi satu karungnya 10 – 13 sarang alam. Ironisnya pencarian sarang alam seperti itu dangan kwantity yang sama dilakukan 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari sekali perorang. Bayangkan kalau didaerah tersebut pemburu bibit alam ada 10 orang, maka satu hari alam harus mengorbankan 130 sarang alam untuk dibongkar dan dipaksakan tinggal ditoples.

Kegiatan seperti ini sudah berjalan bulanan bahkan tuhunan, jika kegiatan seperti ini berjalan terus maka anak cucu kita tidak bakal bisa mengenal lagi yang namanya semut rang-rang.

BEDA BIBIT DENGAN SEMUT NGUNGSI

Pengungsi adalah sebutan bagi orang yang tidak mempunyai tempat tinggal yang diakibatkan Karena bencana alam atau penggusuran.

Didalam dunia persemutan ada juga istilah SEMUT NGUNGSI…
Sekarang kita bedakan bibit dengan yang namanya “Semut Ngungsi”, perbedaan terletak pada penangan sipeternak.
Banyak peternak semut pemula yang CURHAT kepada saya;

“kenapa bibit semut saya setelah dua minggu diternak kok banyak yang mati, padahal kata peternaknya bibitnya bagus lho”

Pertanyaan seperti ini sering saya dapati baik itu secara lisan maupun tulisan melalui SMS atau Chat.

Kesimpulannya, banyak peternak yang hanya menjual SEMUT NGUNGSI dan tidak menjual BIBIT SEMUT.

“SEMUT NGUNGSI” hanya bisa bertahan ditoples paling lama hanya satu bulan, setelah itu kendalanya banyak yang mati atau populai terus merosot seiring waktu. Bagaimana tidak, namanya pindah ketoples dengan cara terpaksa, ya terpaksa…karena peternak yang tidak sabaran yang diKEPALANYA cuma ada DUIT…DUIT…DUIT…mereka cendrung berbur sarang dari alam sebanyak-banyaknya dan sesampainya dirumah, sarang alam dikeluarkan dari karung dan langsung DIACAK-ACAK. Makhluk apapun itu pasti pindah mencari tempat baru secara terpaksa yang imbasnya bibit semut ditoples tidak bisa berkem,bang seperti yang diharapkan dan MATI.

Memang MANUSIA SERAKAH yang bergaya seperti itu, jadilah peternak semut yang sabar dan mementingkan masa depan alam daripada kantong. Karenanya ternak semut jangan dijadikan pokok sandaran ekonomi keluarga, jadikanlah sambilan saja. 

JADILAH PETERNAK SEMUT MANDIRI YANG TIDAK TERGANTUNG DENGAN ALAM, MEMANG BUTUH KESABARAN TAPI MANIS RASANYA.




3 comments:

  1. Ass gan?
    Trus, untuk memilih bibit nya gimana, klo memang yg dari alam hanya bertahan 1 bln saja...? it masalah yg memang perlu di jelaskan,, mohon kira nya agan bs menjelaskan atau memberikan ke publik jawaban nya, supaya orang tidak selalu salah kalo mau mengambil bibit yg benar dari alam liar untuk beternak semut...
    Terimakasih....

    ReplyDelete
  2. Thanks Gan,,,Sudah Mampir di blog ane.

    ReplyDelete