Thursday 10 January 2013

RENUNGAN SEMUT


Kota-kota  modern terbentuk ketika jika jutaan manusia berkumpul bersama, manusia selalu merasakan perlunya aturan dan hukum untuk menjamin ketentraman dan keamanan hidup mereka, tanpanya kedamaian hidup tidak akan terwujud. Sisi lain dari kehidupan masyarakat modern adalah sifat mementingkan diri sendiri. Setiap anggota masyarakat memiliki tujuan dan rencana hidup sendiri kebanyakan mereka mementingkan kepentingan pribadi sebelum yang lain. Kepentingan masyarakat dan orang lain selalu di nomor duakan. Sifat tercela ini menimbulkan bencana kemiskinan, kelaparan dan tuna wisma diseluruh dunia.
            Marilah kita bayangkan disebuah kota besar dengan ratusan ribu individu yang hidup didalamnya, namun tak satupun yang mementingkan diri sendiri sebaliknya mereka mementingkan kepentingan masyarakat dan pihak lain. Bayangkan setiap individu bekerja dengan pengorbanan diri luar biasa tanpa sedikitpun keinginan untuk di dahulukan. Bayangkan ditempat ini tak pernah ada perselisihan, masyarakat seperti ini mungkin diluar bayangan manusia, namun masyarakat semacam ini benar-benar ada di bumi bahkan mereka ada di mana-mana. Makhluk hidup dengan tatanan masyarakat menakjubkan seperti ini adalah semut.
            Semut hidup dalam koloni beranggotakan ratusan ribu bahkan jutaan individu, setiap semut dalam koloni melaksanakan kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya, tak satupun mempermasalahkan jabatan ataupun tugasnya yang utama adalah kelangsungan hidup keseluruhan koloni dimana mereka tinggal. Untuk tujuan ini tiap-tiap mereka rela mengorbankan nyawa bila perlu, tak di temui seekor semutpun yang kelaparan atau tak memiliki tempat tinggal, ini karena diantara mereka terdapat kerja sama, keakraban dan rasa berbagi yang besar. Bahkan setetes airpun dinikmati bersama, makan dikumpulkan dan disimpan dalam sarang untuk dibagi dan dinikmati bersama, benar-benar tak ada sifat mementingkan sifat diri sendiri. Dalam masyarakat semut tak satupun saudaranya diterlantarkan masing-masing menjadi bagian dari sebuah tatanan raksasa. Masing-masing mencurahkan segenap pengabdiannya kepada bagian yang dibebankan kepadanya. Dengan kehidupan dan tatanan masyarakat yang jauh lebih baik dari manusia, semut adalah bukti dari kesempurnaan ciptaan sang pencipta yang patut di contoh oleh manusia.

1.      Semut Rang-rang atau semut api
Di banyak hutan di Indonesia banyak tumbuh pepohonan yang menjadi rumah bagi salah satu masyrakat paling tertata rapi didunia.
Semut Rang-rang atau disebut semut penganyam atau semut kroto dengan panjang hanya 6 mm semut penganyam membangun sarangnya sendiri.
Pembangunan sarang terlaksana berkat kerjasama yang menakjubkan, bahan baku utama sarang adalah dedaunan, tahap pertama adalah mengumpulkan semua dedaunan yang akan disatukan, semut penganyam bergandengan satu sama lain membentuk rantai hidup, kemudian mereka menarik ujung lainnya kearah mereka, disinilah mereka menggunakan tehnik yang sungguh menakjubkan. Semut pekerja mengusung larva yakni saudaranya yang belum menetas, ia meletakkan persis ditempat dimana dedaunan akan saling disatukan, larva tersebut segera mengeluarkan benang dari mulutnya yang lengket dengan cara mengoleskan larva ke dedaunan dan menyatukannya. Semut dewasa tidak mampu menghasilkan benang perekat semacam larva. Sang larva kecil memberikan seluruh perekat yang ia sendiri perlukan demi kepentingan koloninya. Alhasil ia tidak mampu melanjutkan perkembangannya menjadi semut dewasa normal, namun pengorbanan tersebut bukan tanpa balas budi, para semut pekerja akan merawatnya disarang hingga akhir hayatnya. Merekatkan dedaunan memerlukan kerja sama yang besar karenanya sejumlah semut bekerja dari dalam sementara yang lain dari luar, ini memungkinkan dedaunan dapat direkatkan sekuat mungkin. Bangunan yang akhirnya terbentuk merupakan keajaiban tehnik ditilik dari tehnik bangunan, kekuatan dan kemudah gunaannya.
            Semut tidak memerlukan pengarahan atau pengaturan namun anehnya mereka tau bagaimana daun harus di satukan dan dimana mereka harus mengoleskan perekatnya. Inilah mengapa para ilmuan menjelaskan cara kerja mahkluk mungil ini yang kerjanya seolah dikendalikan kecerdasan tunggal sebagai sebuah keajaiban. Mahluk kecil ini tak mampu befikir tidak pula pemimpin yang menyuruh mereka mengerkan pekerjaan mereka, namun mereka bekerja untuk satu tujuan yang sama dalam sebuah rancangan yang teramat cerdas, ini menunjukkan adanya suatu kehendak yang mengarahkan dan berkuasa yang mengatur mereka. Dan ini adalah kekuasaan sang pencipta atas makhluk hidup ciptaanNya.
            Penelitian terhadap kerjasama semut mengungkap kepada para ilmuan sejumlah fakta yang menakjubkan, mereka menyaksikan prilaku mengagumkan yang diperlihatkan semut dilaboratorium, misalnya ketika sarangnya perlu penguatan, mereka mulai mendirikan sebuah dinding semacam dinding penyokong dalam tehnologi konstruksi pada pintu masuk sarang ini berguna meningkatkan ketahanan bangunan sarang, setiap semut mengangkut butiran pasir yang setara dengan batu raksasa jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya ketempat pembuatan dinding tersebut, ajaibnya masing-masing pekerja layaknya pekerja konstruksi sekaligus insinyur yang mengetahui rancangan dinding tersebut yang meletakkan bebatuan ditempat yang tepat hingga dinding berdiri.

Tulisan selanjutnya dapat di baca di buku "Mengupas Tuntas Cara Beternak Kroto Tanpa di Bohongi"

0 comments:

Post a Comment